Balikpapan (ANTARA) - Pengelola Bandara Sepinggan PT Angkasa Pura di sela kesibukan menyambut arus mudik Idul Fitri 1440 Hijriah, juga menjadi panitia Islamic Next Gen Fest bersama PT Telkom, dan badan usaha milik negara lainnya di Balikpapan, Kalimantan Timur.

Islamic Nexgen Fest adalah ajang pencarian bakat generasi muda Islami di Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Medan, Surabaya, dan Balikpapan oleh Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN), sebagai bagian dari rangkaian kegiatan perayaan Hari Ulang Tahun Kementerian BUMN yang jatuh pada 13 April 2019 lalu.

Acara itu digelar di Ballroom Hotel Gran Senyiur, Jalan ARS Muhammad, Balikpapan, Sabtu. Para peserta, yaitu anak-anak muda milenial, berasal dari Balikpapan, Samarinda, Penajam Paser Utara, Paser, dan Bontang.

"Mereka berkompetisi di tiga kategori, yaitu Hijabnesia, Sound of Deen, dan Santripreneur. Peserta terbaik yang berhasil lolos dalam audisi di Balikpapan ini akan berlaga ke Jakarta untuk mengikuti audisi lanjutan," kata Share Services Department Head PT Angkasa Pura I Balikpapan Ida Bagus Ketut Juliadnyana.

Juliadnyana melanjutkan, kategori Hijabnesia adalah mencari perempuan berhijab untuk model, syaratnya harus cantik, punya bakat, dan cerdas. Dengan bekal itu diharapkan kelak bisa jadi influencer, pemberi pengaruh, yang positif bagi Indonesia.

Sound of Deen adalah mencari penyanyi dan atau musisi, baik solo atau pun grup, dengan aliran musik bisa nasyid, kasidah, atau lainnya.

"Santripreneur mencari santri muda yang jadi pengusaha," ujar Juliadnyana, seraya menambahkan, jadi pengusaha memang harus santri atau pelajar atau pernah belajar di pesantren.

Tahapannya, setelah terpilih di daerah masing-masing, para juara lokal akan berlomba lagi di tingkat nasional di Jakarta pada pertengahan Juni mendatang. Setelah itu, dilanjutkan dengan seleksi dan pengumuman yang akan disiarkan di televisi swasta Jakarta.

Menurut Juliadnyana, setiap kategori bisa saja lebih dari satu pemenangnya.

Berhijab telah menjadi kelaziman di kalangan generasi muda muslim, setelah pada generasi terdahulu sempat mendapat cap negatif dan dihambat. Maknanya juga meluas selain sebagai pelaksanaan kewajiban yang diwajibkan agama, dalam hal ini sebagai penegasan identitas muslim, juga bisa dikreasikan sebagai busana untuk tampil mempesona.

Santri atau para pelajar di pesantren memang belajar untuk hidup mandiri secara praktis, seperti di sekolah kejuruan, mereka belajar sejumlah keterampilan, baik yang diadakan pengajar atau kurikulumnya, atau pun usulan mereka sendiri.

"Pelajarannya komprehensif, tidak hanya belajar keterampilannya, tapi juga cara bisnisnya," kata Ummi Kultsum, santri yang pernah mondok di Pondok Pesantren Modern Gontor di Jawa Timur. Karena itu, lulusan pesantren punya bekal sangat kuat untuk menjadi pengusaha dan mandiri.

"Saya ingin menambah pengalaman dan mengasah kemampuan," kata Azizah, peserta dari Balikpapan untuk Hijabnesia.

Pada babak grand final menyisaan 9 kontestan untuk kategori Hijabnesia, 5 kontestan untuk kategori Sound of Deen, dan 6 kontestan untuk kategori Santripreneur.

Para kontestan ini akan memperebutkan total hadiah Rp350 juta ditambah 6 paket umrah dengan nilai hadiah pada masing-masing kategori yaitu Rp100 juta ditambah 3 paket umrah untuk kategori Hijabnesia, Rp150 juta untuk kategori Sound of Deen, dan Rp100 juta dan 3 paket umrah untuk kategori Santripreneur.

Pewarta: Novi Abdi
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2019