"Sama, sejak dulu kami berada di garis moderat," kata Haedar saat berbincang dengan wartawan di Gedung Dakwah Pimpinan Pusat Muhammadiyah di Menteng Jakarta Pusat, Selasa.
Dia mengatakan kemoderatan Muhammadiyah mengarah pada perdamaian, persatuan dan toleran. Moderat itu bukan hanya di internal sesama warga bangsa tapi lebih luas lagi di kancah global.
Melalui kemoderatannya, kata Haedar, Muhammadiyah bisa terus berkontribusi pada umat dan masyarakat.
"Kita ingin umat maju pendidikannya, alam pikiran keagamannya dan segi ekonominya. Kalau mayoritas umat kita tidak mampu ekonomi misalnya maka hanya jadi 'maf'ul bihi' atau obyek penderita dari ekonomi," kata dia.
Umat yang marginal secara ekonomi, kata dia, mereka gampang panas dan marah. Maka ekonomi umat harus selalu digarap agar mampu bangkit.
Menurut Haedar, Muhammadiyah memiliki keotentikan moderasi beragama yang memiliki bingkai yaitu berbatas yang jelas antara akidah dan realitas keberagaman.
"Kami konsisten nilai akidah ibadah menjadi prinsip yang diperkaya dengan realitas sehingga ibadah bisa harmonis," kata dia.
"Tapi kita arahkan jangan terlalu plural dan terlalu kontekstual. Jangan diminta lebih dari bingkai akidah ibadah. Kami juga tidak setuju pada pihak yang terlalu kontekstual yang tidak menerima keragaman," katanya.
Pewarta: Anom Prihantoro
Editor: Muhammad Yusuf
Copyright © ANTARA 2019