Kepala DLHK Aceh Barat, Mulyadi di Meulaboh, Rabu, mengaku, lazimnya pada hari biasa produksi sampah baik organik maupun plastik di daerah ini mencapai 75 ton per hari.
"Meningkatnya produksi sampah, kalau bulan Ramadhan tahun ini. Akibat banyaknya pedagang musiman yang menjual aneka makanan dan minuman, khususnya penganan berbuka puasa," katanya.
Selain itu, lanjut dia, banyaknya konsumsi makanan dan minuman warga setempat juga menambah produksi sampah khususnya organik, dan plastik bersumber dari aneka hasil barang belanjaan masyarakat.
Guna mengantisipasi penumpukan sampah, pihaknya setiap hari mengerahkan paling sedikitnya 27 armada truk sampah, dan tiga unit armada becak motor guna mengangkut sampah serta titik-titik tertentu termasuk di pusat perdagangan, pasar dan titik lainnya.
Pihaknya juga melakukan patroli secara rutin setiap hari dan menyiagakan petugas sampah di kantor. "Jika kami dapat laporan dari masyarakat, dan hasil pemantauan terdapat tumpukan sampah yang belum diangkut, maka segera kami diangkut menggunakan armada yang ada," terang dia.
"Kami baru dapat melayani pengangkutan sampah sekitar 80 persen, khususnya di dalam Kota Meulaboh. Ini terjadi karena keterbatasan becak motor yang mampu menjangkau gang-gang sempit," tegas Mulyadi.
Pemerintah Kabupaten Aceh Barat mulai tahun ini menargetkan akan meraih Piagam Adipura dari Kementerian Lingkungan Hidup Republik Indonesia.
Otomatis di sudut-sudut Meulaboh, Ibukota Kabupaten Aceh Barat harus bersih dengan melakukan pengelolaan sampah hingga ke tempat akhir pembuangan sampah.
Pewarta: Muhammad Said
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2019