Kepadatan arus lalu lintas terjadi di tol Cikampek
Jakarta (ANTARA) - Memasuki arus balik H+5, lalu lintas di tol Kalikangkung Semarang, Jawa Tengah, Selasa relatif lancar jika dibandingkan Senin malam (10/6), bus umum maupun kendaraaan pribadi bisa melaju dengan kecepatan standar.

Namun, memasuki KM 300 Semarang arah Jakarta arus lalu lintas sedikit tersendat dan membuat kendaraan menumpuk karena ada kecelakaan yang melibatkan dua kendaraan dan keduanya harus diderek untuk dibawa ke luar tol.

Selepas KM 300, kendaraan kembali lancar meski cukup padat. Pengendara tetap bisa menggeber kendaraannya sekitar 100 km/jam. Meski demikian, pengendara harus tetap waspada karena sudah banyak kendaraan berat keluar garasi setelah sebelumnya dilarang beroperasi.

Memasuki KM 246, lalu lintas kembali tersendat hingga KM 241 karena ada petugas kebakaran yang memadamkan ilalang di pinggir tol yang terbakar. Terpantau satu kendaraan pemadam berikut petugas dengan sigap memadamkan api.

"Ada dua orang yang memadamkan api. Tadi juga ada polisi yang membantu memperlancar arus lalu lintas," kata salah seorang warga, Nita saat ditemui di tempat istirahat KM 130 tol Cipali.

Usai tersendat, lalu lintas kembali lancar hingga memasuki tol Palimanan. Namun, beberapa titik tetap terjadi kemacetan yang diakibatkan banyak kendaraan yang menepi di bahu jalan. Beberapa kendaraan terlihat pecah ban. Petugas tol juga nampak saat banyak kendaraan berhenti di bahu jalan.

Kepadatan arus lalu lintas terjadi di tol Cikampek. Apalagi tol tersebut merupakan pertemuan kendaraan dari arah Jawa Tengah dan Jawa Timur dengan kendaraan yang datang dari arah Bandung Jawa Barat dan sekitarnya.

Antrean kendaraan di Gerbang Tol Cikampek Utama, dari jalan Tol Cikopo-Palimanan juga terpantau cukup panjang. Di beberapa titik jalan Tol Jakarta-Cikampek seperti di titik menjelang tempat istirahat, arus balik padat-merayap. Kecepatan kendaraan hanya 20-40 kilometer per jam.

Tidak hanya di tol, kepadatan lalu lintas juga terjadi di jalan arteri di wilayah Karawang. Para pengendara bermotor harus "berjibaku" dengan kendaraan pribadi di sepanjang jalur mudik wilayah Karawang. Bahkan banyak pengendara motor yang harus melewati bahu jalan.

"Arus lalu lintas macet. Dari Cikampek hingga ke Karawang membutuhkan waktu hingga satu jam," kata Asep, pengendara motor yang terjebak macet di jalan Arteri Karawang. Biasanya di hari-hari normal, waktu tempuh Cikampek ke Karawang hanya sekitar 20 menit.

Arus lalu lintas di jalan Arteri Karawang sendiri diperparah dengan adanya pasar tumpah, pengeteman angkotan kota, pertigaan atau perempatan serta aktivitas keluar-masuk kendaraan di Terminal Klari.

Jika jalur tol maupun arteri masih cukup padat dengan kendaraan arus balik yang menggunakan kendaraan pribadi, kondisi berbeda dengan kadatangan penumpang baik yang menggunakan moda transportasi darat, laut maupun udara.

Dari Terminal Terpadu Pulo Gebang memasuki H+5 Lebaran 2019, terpantau terus mengalami penurunan.

"Mulai H+3 (9/6) sampai sekarang terus menurun," kata Kepala Satuan Pelaksana Operasional dan Kemitraan Terminal Terpadu Pulo Gebang Jakarta Emiral A.D. di Jakarta.

Berdasarkan data, jumlah penumpang arus balik di Terminal Pulo Gebang pada H+3 Lebaran atau Minggu (9/6) tercatat 14.612 orang dengan menggunakan 555 bus, pada H+4 Lebaran atau Senin (10/6) tercatat turun menjadi 11.503 penumpang dengan menggunakan 372 bus.

Pada Selasa ini atau H+5 Lebaran hingga pukul 13.00 WIB, pengelola Terminal Pulo Gebang mencatat 6.129 penumpang. Jumlah penumpang tersebut masih akan terus bertambah hingga pukul 24.00 WIB.

Emiral memperkirakan arus balik Lebaran 2019 masih akan berlangsung sampai hari ini, sedangkan pada Rabu (12/6) sudah kembali normal.

Kalau dilihat dari awal arus balik, kata dia, yakni mulai 5 Juni 2019 hingga H+4 Lebaran (10/6) tercatat total penumpang 35.055 orang. Dibandingkan dengan periode yang sama pada arus balik Lebaran tahun lalu hingga H+4, tercatat 6.988 orang atau meningkat 100 persen.

"Ini menunjukkan banyak masyarakat yang beralih menggunakan bus. Ya, mungkin karena pengaruh tiket pesawat, kurang tahu juga. Di sini, trayeknya dari Jateng, Jatim, Sumatra, NTB, hingga Bali," kata Emiral.

Dari Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta, penumpang yang menggunakan kapal laut sebanyak 5.104 orang. Mereka menggunakan enam kapal yang berasal dari Lampung maupun Semarang, Jawa Tengah.

Penumpang paling banyak tiba pada hari Selasa dari Semarang menggunakan Kapal Dobonsolo yang mengangkut 2.067 penumpang. Selain itu, kedatangan pada hari Minggu (9/6) juga dari destinasi dan kapal yang sama sebanyak 1.542 penumpang.

Sebelumnya, Otoritas Pelabuhan Tanjung Priok Wim Hutajulo Kasielala menyebutkan keenam kapal tersebut merupakan kapal program Mudik Gratis 2019 dari Kementerian Perhubungan.

Untuk yang menggunakan moda transportasi udara terutama yang tiba di Bandara Halim Perdanakusuma Jakarta mencapai 12.796 penumpang tiba pada H+4 Lebaran 2019 atau Senin (10/6) yang berasal dari 87 penerbangan. Jumlah tersebut turun jika dibandingkan kedatangan penumpang pada H+4 Lebaran 2018 sebanyak 14.462 penumpang.

Berdasarkan data yang diterima di Jakarta, Selasa, total penumpang yang telah tiba di Bandara Halim Perdanakusuma mulai H+1 atau Jumat (7/6) sampai H+4 atau Senin (10/6) mencapai 48.192 penumpang.

Runciannya adalah pada H+1 jumlah kedatangan penumpang sebanyak 9.801, pada H+2 sebanyak 12.517, pada H+3 sebanyak 13.078, dan H+4 sebanyak 12.796.

Sementara itu soal melonjaknya harga tiket pesawat, Ade Suherman salah satu penumpang yang ditemui di Halim Perdanakusuma mengaku hanya bisa pasrah. Pria tersebut akan kembali bekerja di Balikpapan, Kalimantan Timur, setelah berlebaran di Sukabumi, Jawa Barat dengan keluarganya.

"Ya terpaksa saja biar cepat," kata Ade yang bekerja di proyek bangunan itu.

Ade mengaku harus merogoh kocek sampai Rp1,5 juta untuk kembali ke Balikpapan. Harga tiket ini sama dengan saat Ade dan keluarga bertolak dari Balikpapan pada arus mudik sebelum Lebaran. Ia pun mengharapkan agar harga tiket pesawat dapat normal kembali.

Sementara itu, Sugiono penumpang pesawat lainnya yang akan bepergian ke Bengkulu mengungkapkan bahwa dirinya memilih moda transportasi pesawat untuk efisiensi waktu.

"Kalau naik kendaraan bus satu hari satu malam, mau tidak mau kita naik pesawat, dengan satu jam kita sudah sampai, kendalanya cuma waktu itu saja," ungkap Sugiono.

Ia pun mengatakan bahwa perbandingan harga tiket pesawat dengan harga tiket bus hampir sama.

"Kalau bus ke Sumatera itu sekitar Rp700 ribu, di jalan juga perlu makan, karena perjalanan satu hari satu malam. Kalau pesawat itu sekitar Rp1 juta. Jadi, kalau saya hitung, sama saja," kata Sugiono yang bekerja di salah satu rumah sakit di Bengkulu.

Untuk perjalanan dari Jakarta ke Bengkulu, ia harus mengeluarkan sekitar Rp1,2 juta dengan maskapai Batik Air. Sementara saat perjalanan dari Bengkulu ke Jakarta, ia mengaku mendapat harga tiket sekitar Rp1 juta dengan maskapai Lion Air.

"Normalnya pesawat itu kan sekitar Rp500 ribu sampai Rp600 ribu," ungkap Sugiono.


Baca juga: Menhub beberkan strategi antisipasi arus balik Lebaran 2019
Baca juga: Polri siapkan rekayasa lalu lintas arus balik Lebaran 2019
Baca juga: Dishub: Tol Trans Jawa membuat jalur selatan lancar



Pewarta: Bayu Kuncahyo
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2019