Beberapa hal di antaranya adalah mengatur asupan nutrisi hingga mengatur rutinitas menjadi hal yang positif sehingga bermanfaat di tengah masa sulit ini.
“Pertama jagalah asupan nutrisi mulai dari cairan hingga makanan. Meski kita menahan nafsu makan di masa puasa selama 30 hari, kita harus memberikan tubuh kita nutrisi seimbang untuk makanan dan cairan. Kenapa? karena itu berpengaruh besar pada otak dan mood,” kata Analisa dalam konferensi pers virtual ditulis, Rabu.
Selama menjaga nutrisi dengan seimbang tubuh akan menjadi lebih terasa bugar dan sehat, di samping itu juga memicu semangat untuk melakukan kegiatan meski pandemi COVID-19 berlangsung.
Baca juga: Pandemi yang menimbulkan kelelahan emosi
Kedua adalah menjaga waktu istirahat tetap cukup, pastikan waktu tidur anda memenuhi aturan 8 jam untuk menjaga pikiran dan tubuh tetap sehat.
“Ada fase bernama deep sleep, di fase itu tubuh kita membuat sistem imun terbaiknya. Dengan meningkatnya imun tubuh tentu mood ikut membaik,” kata Analisa.
Wanita yang merupakan pendiri dari Analisa Personality Development Center (APDC) itu lalu menyebutkan kiat ketiga adalah menjaga rutinitas olahraga selama berpuasa.
Berolahraga selama puasa masih diperlukan untuk menjaga komposisi tubuh, tidak dibutuhkan waktu yang lama untuk berolahraga di masa puasa yaitu sekitar 15-20 menit.
Di samping itu dengan berolahraga proses transportasi oksigen di dalam tubuh dapat bekerja dengan lebih baik sehingga memberikan rasa yang nyaman bagi tubuh.
Terakhir adalah dengan berbagi kepada sesama sehingga tubuh dapat melepaskan hormon yang membuat manusia bahagia.
“Jadi memang ada penelitian bahwa orang Indonesia itu memiliki tingkat kemurahan hati paling tinggi di dunia. Nah dari sisi psikologi, kegiatan berbagi dengan sesama itu rupanya menjadi momen orang mendapatkan makna. Orang yang sudah ditahap itu bisa mendapatkan kebahagiaan dalam menjalani hidup meski di tengah masa sulit karena ada hormon yang disebut hormon oksitosin itu bisa memberikan rasa bahagia saat seseorang berbagi,” kata Analisa.
Analisa mengatakan berbagi yang dimaksud tidak melulu terkait materi, tapi juga hal yang paling sederhana.
“Berbagi senyum misalnya, itu hal simpel yang bisa dibagikan kepada orang lain sehingga bisa memberikan makna kepada semua orang. Sehingga kita bisa mengajak orang lain untuk bangkit meski di tengah pandemi,” tutupnya.
Baca juga: Lonjakan kasus bunuh diri akhiri penurunan 10 tahun terakhir di Jepang
Baca juga: Psikolog: orang tua tak perlu memaksakan diri jadi guru
Baca juga: Kenali "zoom fatigue" dan pengaruhnya akan kesehatan mental
Pewarta: Livia Kristianti
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2021