"Gorengan sangat tidak direkomendasikan untuk berbuka puasa, karena komposisinya dominan karbohidrat dan lemak tidak sehat," kata Tony melalui keterangan tertulis UGM di Yogyakarta, Selasa.
Baca juga: Dispar sebut wisata kuliner DIY tidak terpengaruh larangan ASN bukber
Proses pengolahan gorengan, kata Tony, biasanya menggunakan minyak yang telah dipakai secara berulang-ulang.
Kondisi tersebut menjadikan minyak sebagai sumber kolesterol yang sebenarnya tidak ideal untuk digunakan.
"Kan jarang ada gorengan yang satu sampai dua kali pakai ganti minyaknya. Kebanyakan minyak yang digunakan itu sudah dipakai berkali-kali dan jadi model sumber kolesterol," ujar dia.
Selain mengandung lemak tidak sehat, Tony menjelaskan gorengan juga tersusun dari karbohidrat sederhana.
Karbohidrat jenis tersebut, menurut dia, memiliki sifat cepat dibakar dan dicerna oleh tubuh, sehingga menjadikan kadar gula darah dalam tubuh cepat turun sehingga membuat cepat merasa lapar.
"Berbuka dengan yang manis sebenarnya juga tidak terlalu ideal, karena cepat menaikkan gula darah dan turunnya juga cepat, sehingga mudah merasa lapar kembali," kata dia.
Baca juga: Pilih buah saat berbuka puasa ketimbang makanan sekedar manis
Baca juga: Tips atur asupan gula saat Ramadhan agar tak berlebihan
Tony merekomendasikan menu berbuka puasa dengan mengonsumsi jenis karbohidrat kompleks. Karena karbohidrat kompleks lebih lambat dicerna oleh tubuh, sehingga membuat kenyang lebih lama dan tidak cepat merasa lapar.
Ia mencontohkan jenis karbohidrat kompleks yang baik dikonsumsi saat berbuka puasa adalah buah-buahan.
"Kalau makan besar baiknya yang dikonsumsi yang dominan proteinnya, karena pengolahan dalam tubuh lebih pelan dan menaikkan gula darah dalam tubuh secara perlahan," ucap Tony.
Pewarta: Luqman Hakim
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2023