Beberapa bulan belakangan ini tidak ada isu yang aneh-aneh. Awal tahun 2018 lalu sempat ada isu pajak, gejolak rupiah, dan sebagainya. Hal itu tentu mempengaruhi pergerakan distributor, grosir, dan juga ritel. Tahun ini saya berharap semakin baikJakarta (ANTARA) - Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (GAPMMI) bersiap mengantisipasi kemungkinan lonjakan permintaan dari masyarakat selama Ramadhan dan jelang Lebaran 2019.
Ketua Umum Gapmmi, Adhi S. Lukman di Jakarta, Selasa, menjelaskan, pihaknya telah mengantisipasi permintaan logistik sejak Maret 2019 dengan pendistribusian ke daerah-daerah secara cepat dan tepat.
“Sejauh ini pasokan masih aman karena para pengusaha makanan dan minuman menggenjot produksi mereka lebih banyak dari biasanya. Kami memprediksi selama bulan Maret, April, dan Mei, ada pertumbuhan omzet rata-rata di atas 30 persen untuk industri makanan dan minuman, “ katanya.
Adhi mengatakan industri makanan dan minuman tumbuh 7,9 persen selama periode 2018, lebih rendah dari tahun sebelumnya yakni mencapai lebih dari 9 persen.
Meski demikian Adhi optimistis capaian industri pangan olahan pada tahun ini akan lebih baik karena situasi yang lebih kondusif dibandingkan tahun lalu.
“Beberapa bulan belakangan ini tidak ada isu yang aneh-aneh. Awal tahun 2018 lalu sempat ada isu pajak, gejolak rupiah, dan sebagainya. Hal itu tentu mempengaruhi pergerakan distributor, grosir, dan juga ritel. Tahun ini saya berharap semakin baik,” katanya.
Dengan kondisi tersebut, ia meyakini tidak akan ada kenaikan harga produk selama periode Ramadhan hingga lebaran nanti.
“Awal Januari lalu memang sempat ada kenaikan harga untuk beberapa produk karena mengantisipasi masalah nilai tukar dan lainnya. Tahun ini kami perkirakan pertumbuhan industri mencapai 10 persen,” jelas Adhi.
Baca juga: Perencana keuangan ingatkan konsumsi tidak dilakukan secara berlebihan
Baca juga: Bubur suro tradisi khas Palembang tiap Ramadhan
Pewarta: Ahmad Faishal Adnan dan Satyagraha
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2019