Jakarta (ANTARA) - Menjadi komitmen bagi PLN setiap Bulan Suci Ramadhan untuk memenuhi kebutuhan listrik di berbagai daerah, termasuk di berbagai pulau terluar, agar umat Islam di daerah dapat menjalankan ibadahnya dengan lancar.

Dalam publikasinya melalui media, Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Ambon Abdul Manan Latuconsina menyatakan apresiasinya atas kinerja PLN yang pada Ramadhan kali ini mampu menjamin ketersediaan listrik bagi warga Maluku sehingga nyaris tidak ada pemadaman.

PLN awalnya telah menyadari defisit pasokan listrik di sejumlah daerah sehingga berbagai terobosan terus dilakukan untuk mengatasi persoalan tersebut. Salah satu upaya yang dilakukan adalah mendatangkan pembangkit lisrik terapung atau dikenal dengan sebutan Marine Vessel Power Plant (MVPP)

MVPP disewa perusahaan listrik pelat merah ini sejak akhir 2015. Kehadiran pembangkit listrik terapung di berbagai daerah terbukti menjamin ketersediaan listrik di berbagai daerah, termasuk yang merasakan manfaatnya di antaranya warga Maluku.

Abdul Manan mengatakan sejak hadirnya MVPP di Kabupaten Maluku Tengah, Pulau Ambon membuat aktivitas ekonomi warga setempat semakin lancar. Kondisi ini sangat bertolak belakang dengan tahun-tahun sebelum kapal asal Turki itu mengaliri listrik ke Pulau Ambon pada 2017.

Menurut Abul Manan, sampai saat ini kondisi keamanan semakin kondusif dan kebutuhan ekonomi juga semakin tercukupi.

Kapasitas listrik PLN untuk wilayah Maluku dan Maluku Utara sebesar 120 MW dengan beban puncak hanya 60 MW.

Hadirnya kapal listrik berkapasitas 60 MW itu bertujuan memperkuat pelayanan PT PLN dalam mengatasi kekurangan pasokan listrik di kota maupun Pulau Ambon.

Pengoperasian kapal genset ini sebagai"'jembatan" sebelum proyek listrik 35.000 MW tuntas. Pemanfaatan kapal pembangkit listrik ini membantu daerah di Indonesia yang mengalami kekurangan listrik.

Hadirnya pembangkit listrik terapung ini sangat tepat untuk wilayah Indonesia yang memiliki banyak pulau. Bahkan, hadirnya pembangkit listrik terapung ini mampu mendorong investasi dan ekonomi daerah-daerah kepulauan.

Salah satu yang dirasakan tersedianya potensi sumber daya alam bernilai ekonomis, baik untuk domestik maupun ekspor.

Saat ini, terdapat lima unit MVPP yang dioperasikan, yakni Belawan di Sumatera Utara berkapasitas 240 MW, Amurang di Sulawesi Utara 120 MW, Ambon 60 MW, dan Kupang 60 MW.

                                                            Masih dibutuhkan
Menurut Direktur Bisnis Regional Jawa bagian Timur, Bali, dan Nusa Tenggara PLN Djoko Rahardjo Abumanan kehadiran MVPP ini masih dibutuhkan, terutama untuk memenuhi daya di sejumlah daerah sebagai solusi pembangkit listrik permanen yang belum siap.

Dalam mengoperasikan MVPP tersebut, PLN berkontrak berdasarkan tender selama lima tahun dengan PT Kar Powership Indonesia atau Karadeniz Powership, asal Turki. Pengoperasiannya berlangsung sejak 2016 hingga 2021.

Djoko memastikan MVPP diperlukan mengingat Indonesia merupakan negara kepulauan dan kapal pembangkit ini bisa menjadi solusi alternatif karena lebih leluasa untuk dipindah-pindahkan.

Kasus di Sumatera. Kalau di sebelah selatan, itu bisa menggunakan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) karena batu bara sebagai bahan bakarnya banyak tersedia. Namun kalau yang di sebelah utara, lebih aman kalau menggunakan MVPP.

Hadirnya MVPP juga dirasakan warga Sulawesi Utara. Bahkan Bupati Minahasa Selatan Christiany Eugenia Paruntu juga mengapresiasi hadirnya investor listrik, Kar Powership Indonesia di wilayahnya.

Ia berharap, pasokan listrik di Sulut berjalan baik, tidak ada lagi pemadaman listrik sehingga bisa membantu mendorong ekonomi daerah.

Menurut dia, dengan hadirnya Kar Powership Indonesia, listrik di Sulawesi Utara lebih khusus Minahasa Selatan tidak pernah padam lagi.

Ketua Kamar Dagang Indonesia (Kadin) Sulawesi Utara Hangky Gerungan melalui wakil ketua, Ivanry Matu, mengatakan listrik sangat penting dalam semua sektor.

Ia mengakui Sulut yang masih kekurangan listrik menjadi salah satu pertimbangan para pemodal besar (investor) untuk berinvestasi. Apalagi, Sulawesi Utara memiliki dua Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), yakni Bitung untuk kawasan industri dan Likupang untuk kawasan pengembangan pariwisata.

Menurut Matu, listrik adalah bagian dari infrastruktur penting untuk ekonomi suatu negara, bukan hanya dari sisi pembangunan akan tetapi semua sektor, seperti ekonomi, pendidikan, kesehatan, dan dunia dirgantara.

Bahkan, saat ini, dunia pertanian yang berbasis agribisnis, listrik menjadi hal yang sangat utama. Hadirnya MVPP menjamin ketersediaan listrik yang berkesinambungan sehingga pada akhirnya menjamin keberlangsungan bisnis di daerah tersebut.

Sementara itu pengamat ekonomi asal Sumatera Utara Gunawan Benjamin mengatakan kehadiran kapal pembangkit listrik di Sumatera Utara sejak beberapa tahun terakhir menjadi salah satu pendukung aktivitas ekonomi setempat.

Hal ini disebabkan ketersediaan listrik di Sumut semakin bertambah seiring dengan masuknya pasokan listrik dari kapal pembangkit listrik sehingga memengaruhi semua aktivitas masyarakat, khususnya pada sektor ekonomi.

Menurut dia, masyarakat dan semua jenis industri di Sumut saat ini sangat bergantung dari ketersediaan energi listrik.

Gunawan mengatakan sejauh ini PLN kerap mengklaim Sumut memiliki kelebihan daya atau surplus sebesar 10 persen karena Sumut diklaim memilki sumber daya 2.200 MW dengan kebutuhan sekitar 2.000 MW.

Namun, yang menjadi pertanyaan sering terjadi pemadaman listrik walaupun PLN sudah memberikan pengumuman akan adanya gangguan pasokan listrik karena alasan pemeliharaan atau perbaikan.

Hadirnya pembangkit listrik terapung ini sejatinya akan mampu memenuhi kebutuhan listrik di Sumatera Utara. Terlebih, jika dijadikan cadangan terkait dengan penggunaan daya penuh selama Ramadhan dan Idul Fitri 1440 Hijriah.

Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2019