"Kalau hilal masih di bawah ufuk berarti belum bisa dirukyat. Dari semua metode sepakat bahwa Ramadan genap 30 hari, makanya 1 Syawal jatuh pada hari Rabu (5/6)," kata Bagian Hubungan Masyarakat Kementerian Agama Kabupaten Blitar Jamil Mashadi di Blitar, Senin.
Dalam hisab awal bulan Syawal 1440 Hijriah di Bukit Banjarsari, Kecamatan Wonotirto, Kabupaten Blitar, menggunakan dua metode, yakni dengan metode ephemeris dan qotrul falak. Pemantauan dilakukan pada pukul 17.22 WIB. Dari hasil kedua metode, diketahui bahwa posisi hilal miring ke selatan.
Untuk penetapan awal Syawal, kata dia, memang tetap mengacu pada penghitungan yang mengacu pada hisab.
Untuk rukyatulhilal adalah sunah, diperintahkan oleh Nabi Muhammad saw. dan kegiatan ini dilaksanakan pada bulan-bulan yang ada hari besar Islam, awal Muharam, Ramadan, Syawal, dan Zulhijah.
Untuk rukyat awal Syawal, kata dia, dilaksanakan pada tanggal 29 Ramadan dan berdasarkan penghitungan hisab beberapa metode semua berkesimpulan bahwa masih mustahil untuk dilihat.
"Meskipun mustahil, kami tetap disunahkan melaksanakan rukyat. Selain bagian ibadah, rukyat juga ditujukan untuk syiar dan pengembangan ilmu pengetahuan," katanya.
Untuk hasil ini, pihaknya juga sudah melaporkan ke Kementerian Agama Provinsi Jawa Timur. Bahkan, juga terkoneksi dengan pusat sehingga hasilnya bisa dengan cepat diketahui.
Kegiatan itu juga diikuti oleh Forkopimda Kabupaten Blitar, kepala kementerian agama setempat dan sejumlah daerah lainnya, praktisi falakiah, perwakilan dari perguruan tinggi negeri dan swasta, serta perwakilan dari organisasi masyarakat.
Sementara itu, dari Lembaga Falakiah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama Jatim, juga mengungkapkan bahwa dari 24 titik lokasi rukyat se-Jatim pada tanggal 29 Juni 2019 mengungkapkan bahwa hasil kegiatan rukyat hilal adalah tidak berhasil melihat hilal karena hilal rendah di bawah ufuk.
Pewarta: Asmaul Chusna
Editor: D.Dj. Kliwantoro
Copyright © ANTARA 2019