Jakarta (ANTARA) -
Pendakwah Habib Husein bin Ja'far Al Hadar atau dikenal sebagai Habib Ja'far menyatakan bahwa soju atau minuman beralkohol asal Korea Selatan tergolong haram.

"Soju haram karena minuman keras. Soju itu haram karena ada dua masalah pada soju menurut para ulama di MUI," kata dia saat mengisi acara di Masjid Istiqlal, Jakarta, Jumat.

Menurut Habib Jafar, jika soju dikatakan halal maka dapat memunculkan kebingungan di masyarakat yang kemudian mempertanyakan terkait halal atau tidaknya minuman ini.

Soju merupakan minuman beralkohol yang disuling dari berbagai tanaman bertepung. Kadar alkohol minuman ini berkisar 15 persen hingga lebih dari 50 persen.

Habib Jafar
menjelaskan, makna halal antara lain makanan atau minuman secara zat halal, bukan babi atau minuman keras. Selain itu, dari sisi cara memasak hidangan itu tak menggunakan barang-barang haram seperti minyak babi.
 
Lalu, dari cara penyajiannya tidak makruh. Misalnya, memakai nampan terbuat dari emas.

Baca juga: Bamsoet ingatkan sanksi pidana bagi pelaku usaha langgar standar halal
Baca juga: DJBC amankan 36.400 botol minuman keras ilegal
 
Sementara itu, menurut Majelis Ulama Indonesia (MUI) merujuk Al Quran Surat Al A’raf ayat 157 menyatakan, “Dan Allah menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk”.
 
Kemudian, perkara mengenal halal diterangkan dalam hadist riwayat Al-Tirmidzi, Ibnu Majah dan Al-Thabarani dari Salman al- Farisi. Yakni “Dari Salman al-Farisi, ia berkata: Rasulullah SAW ditanya tentang minyak samin, keju dan pakaian dari bahan bulu binatang".
 
Lalu Beliau bersabda: “Sesuatu yang halal adalah apa yang dihalalkan oleh Allah di Kitab-Nya dan sesuatu yang haram adalah apa yang diharamkan oleh-Nya di dalam Kitab-Nya. Adapun sesuatu yang tidak ditegaskan (kehalalan atau keharaman) adalah termasuk apa yang dimaafkan”.
 
Berbicara tentang makanan atau hidangan, Habib Jafar mengatakan bahwa ini bukan semata tentang halal tetapi juga "toyyib". Yakni merujuk ulama Imam Ibnu Katsir, yakni lezat dan baik.
 
"Baik untuk kesehatan, baik untuk pikiran dan baik untuk jiwa kita (tidak mengeraskan hati)," katanya.
 

Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Sri Muryono
Copyright © ANTARA 2024