“Bulan puasa ini Alhamdulillah peminatnya banyak, dari kalangan bawah sampai ke atas,” kata peramu minuman Pondok Masakan Khas Melayu, Siti Nurhaliza di Kota Pekanbaru, Selasa.
Rumah makan tersebut memang menempatkan minuman “laksamana mengamuk” di dalam menu karena merupakan kuliner khas Melayu Riau. Meski begitu, ia mengakui minuman tersebut kini sudah kalah pamor dan tidak banyak dikenal oleh generasi muda.
“Itu karena terlalu banyak minuman-minuman yang muncul, malah lupa dengan minuman khas daerahnya sendiri,” katanya.
Menurut dia, minuman tersebut banyak dipilih sebagai hidangan berbuka puasa karena menyegarkan dan bisa disantap sebelum makan hidangan berat atau nasi. Minuman “Laksamana Mengamuk” cocok disantap dalam kondisi dingin, karena itu biasanya dihidangkan dengan es batu.
Ia menjelaskan, membuat minuman itu sebenarnya tidak sulit dan bahannya tidak banyak. Bahan utama adalah buah kuini atau kweni yang sudah matang, dan dipotong bentuk dadu.
Buah kemudian buah disiram santan kelapa dan gula merah yang sudah dicairkan. Baru kemudian disiram es di bagian atas dan bisa juga ditambah susu kental manis.
“Rasanya segar, manis dan gurih karena ada santannya. Buah kuininya juga berasa manis asam menyegarkan,” kata seorang pembeli, Eva Yuliza (31).
Ia mengatakan selalu merekomendasikan “Laksamana Mengamuk” kepada pengunjung rumah makan di Jl. Adisutjipto, Kota Pekanbaru, itu. “Minuman ini memang pas buat berbuka puasa,” katanya.
Asal Nama Unik
Minuman “Laksamana Mengamuk” punya nama unik yang dipercaya berkaitan dengan kejadian di daerah Melayu masa lampau.
“Nama minuman ini berawal dari seorang laksamana yang marah karena isterinya direbut oleh tuan tanah yang punya banyak pohon kuini,” katanya.
Laksamana yang namanya tidak diketahui itu naik pitam, mengamuk dan menebas habis pohon kuini milik tuan tanah. Tindakannya itu membuat buah kuini bertebaran di tanah.
“Ketika laksamana itu pergi, warga bingung mau diapakan buah kuini sebanyak itu. Karena itu mereka membuat minuman yang diberi nama ‘Laksamana Mengamuk’,” katanya.
Siti Nurhaliza mengatakan, cerita itu dikisahkan turun-temurun meski kebenarannya belum bisa dipastikan. Meski begitu, cerita ini tetap menyenangkan untuk didengarkan sambil meminum “Laksamana Mengamuk” untuk berbuka puasa.
Sayangnya ia mengatakan minuman itu tidak bisa dihidangkan pada waktu tertentu karena tergantung musim buah kuini. Dalam satu tahun, bisa buah kuini sulit didapatkan dalam enam bulan karena sedang tidak musimnya.
"Itu jadi kendala karena kuini buah musiman. Tapi sebenarnya bisa juga diganti dengan mangga," katanya.*
Baca juga: Menu Ramadan - Tujuh minuman segar untuk buka puasa
Pewarta: FB Anggoro
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2019